“Bila niat dan cara kita benar, pasti Alloh memberi
ketenangan tak akan risau dengan sikap orang-orang yang meremehkan atau mencela”
“Kepahitan adalah pembersih dosa-dosa, seperti
seperti seorang ibu yang melihat anakya sudah mandi tapi masih kotor , maka
dibantu dimandikan agar bersih”
“Siapapun yang yakin Alloh Maha Mendengar
dijamin akan sangat menjaga lisannya, tapi yang kurang yakin akan seenaknya
bicara”
“Hidup dipenuhi rasa syukur dalah hidup penuh
kebahagian, kitaa menderita bukan karena kurang karunia, tapi kita luring rasa syukur atas karunia”
“Semakin berharap diberi sesuatu dari mahluk,
akan semakin galau, tegang dan banyak terluka hati"
Hamzah
bin Abdul-Muththalib adalah paman dan saudara sepersusuan Nabi Muhammad SAW. Ia
memiliki julukan "Singa Allah" karena kepahlawanannya saat membela
Islam. Ia merupakan anak dari Abdul-Muththalib dan Haulah binti Wuhaib dari
Bani Zuhrah.
Hamzah
Bin Abdul Mutholib adalah seorang yang mempunyai otak yang cerdas dan pendirian
yang kuat dia termasuk tokoh Quraish yang di segani. Nama sebenarnya Hamzah bin
Abdul Muthalib bin Hasyim, seorang paman Nabi dan saudara sepersusuannya. Dia
memeluk Islam pada tahun kedua kenabian, Ia Ikut Hijrah bersama Rasulullah
Shallallahu alaihi wassalam dan ikut dalam perang Badar, dan meninggal pada
saat perang Uhud, Rasulullah menjulukinya dengan “Asadullah” (Singa Allah) dan
menamainya sebagai “Sayidus Syuhada”.
Sejak memeluk islam,
Hamzah telah berniat untuk membaktikan segala keperwiraan, keperkasaan, dan
juga jiwa raganya untuk kepentingan da'wah islam
Abdurahman
bin Auf menyebutkan bahwa ketika perang Badar, Hamzah berperang disamping
Rasulullah dengan memegang 2 bilah pedang. Diriwayatkan dari Jabir bahwa ketika
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam melihat Hamzah terbunuh, maka beliau
menagis. Ia wafat pada tahun 3 H
“Ibu,
ibu temanku membiarkan nyamuk menggigit tangannya sampai kenyang agar tidak
menggigit anaknya. Apakah ibu juga akam melakukan hal yg sama ?”
Si ibu tertawa : “Tidak. Tetapi ibu akan mengejar setiap nyamuk sepanjang malam
agar tidak sempat menggigit siapapun”
“Oh iya. Kubaca tentang seorang ibu yang rela tidak makan agar anak-ananya bisa
maka
n
kenyang. Akankah ibu lakukan hal yg sama ?”, si anak kembali bertanya.
Dengan
tegas ibunya menjawab “ibu akan kerja keras agar kita semua bisa makan kenyang
& kamu tidak harus sulit menelan karena melihat ibu menahan lapar”.
Si anak tersenyum…:
“Aku bisa selalu bersandar padamu ibu”.
Sambil si Ibu berkata : “Tidak Nak !. Tetapi Ibu akan mengajarmu berdiri kokoh
di atas kakimu sendiri agar tidak harus jatuh tersungkur ketika suatu saat
nanti ibu harus pergi meninggalkanmu”
MORAL
:
“Seorang ibu yang bijak bukan hanya menjadikan dirinya tempat bersandar tetapi
juga bisa membuat sandaran tersebut tidak lagi diperlukan”.
Suatu
kali, seorang tabi’in, Muhammad bin Munkadir menunaikan shalat malam, tiba-tiba
ia menangis dan isakan tangisnya semakin tak mampu ditahannya. Sehingga
keluarganya terkejut dan bertanya kepadanya, “Apa yang menyebabkan kamu
menangis? Muhammad bin Munkadir tak mampu menjawab, dan masih dalam keadaan
menangis.
Akhirnya
mereka berinisiatif meminta tolong kepada Abu Hazim yang dikenal sebagai
seorang ulama yang juga teman Muhammad bin Munkadir untuk menasehatinya. Tak
lama kemudian, Abu Hazim datang sementara Muhammad bin Munkadir masih menangis.
Abu Hazim berkata, “Wahai saudaraku, apa yang menyebabkan anda menangis? Anda
telah membuat khawatir keluarga anda. Apakah karena suatu penyakit? Atau apa
yang sebenarnya menimpa anda?” Dia menjawab, “Sungguh bacaanku sampai pada
suatu ayat dalam kitab Allah -azza wa jalla- lalu saya menangis”. Abu Hazim
bertanya, “Ayat yang manakah itu?”, Dia menjawab, “Firman Allah yang artinya,
“Dan
jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan”.(QS:AZ-ZUMAR:47)
Mendengar
ayat tersebut dibacakan, Abu Hazim turut menangis bersamanya, bahkan keduanya
makin larut dalam tangisan. Sehingga ada anggota keluarga berkata kepada Abu
Hazim, “Kami mengundang anda supaya menghilangkan kesedihannya namun ternyata
anda membuatnya semakin larut dalam kesedihan”.
Begitulah
keadaan ulama sejati, ilmu dan amalnya menambah rasa takut kepada Allah.
Ya
Alloh..Peliharalah hati kami dari kesesatan dan penyimpangan sesudah jelas bagi
kami hal itu..
Al-Hasan
berkata, “Adalah seorang perempuan lacur, tak seorang pun bisa menggagahinya
kecuali dengan uang seratus dinar. Suatu ketika, seorang remaja ahli ibadah
melihatnya. Ia pun terpesona. Maka, pergilah ia bekerja untuk mengumpulkan uang
seratus dinar. Setelah itu, ia mendatanginya seraya berkata, "Engkau telah
memesonaku". Aku pun bekerja supaya mengumpulkan uang seratus dinar.’ Perempuan
itu berkata, ‘Masuklah!’ Pemuda itu masuk, sedangkan perempuan lacur itu duduk
di atas ranjang emasnya. Ia berkata lembut, ‘Kemarilah..’
Ketika
pemuda itu sudah begitu dekat dengan si perempuan, ia teringat akan posisinya
di hadapan Allah. Seketika tubuhnya gemetar ketakutan. Seketika ia berkata,
‘Biarkan aku keluar, kuberi engkau seratus dinar.’ Perempuan itu berkata, ‘Ada
apa denganmu?? Bukankah engkau yang bilang terpesona saat melihatku, kemudian
engkau pergi bekerja supaya bisa mengumpulkan uang seratus dinar? Tetapi,
setelah segala sesuatunya memungkinkan, mengapa engkau bertindak seperti ini?’
Pemuda itu menjawab, ‘Aku takut kepada Allah dan posisiku di hadapan-Nya. Aku
benci diriku sendiri, dan engkau adalah orang yang paling kubenci.’
Perempuan
itu berkata, jika engkau jujur, kuharap tidak ada orang lain yang menjadi
suamiku selainmu.’ Pemuda itu meronta, ‘Biarkan aku keluar!’ Perempuan itu
berusaha menahan, ‘Tidak, kecuali jika engkau bersedia memperistri aku.’ Pemuda
itu berkata, ‘Tidak, sampai aku keluar.’ Perempuan itu bertanya,jika aku
mendatangimu, apakah engkau bersedia menikah denganku?’ Pemuda itu menjawab,
‘Bisa jadi.’
Selanjutnya,
pemuda itu menutup wajah dengan pakaiannya, lalu pulang ke daerahnya. Sementara
itu, perempuan itu juga pergi meninggalkan dunianya dengan penuh penyesalan,
sampai akhirnya ia tiba di daerah pemuda itu. la cari nama dan rumahnya, sampai
kemudian ditemukan. Ada yang berkata pada pemuda itu, ‘Ada seorang ratu datang
padamu.’ Melihat perempuan itu datang, pemuda itu jatuh pingsan, kemudian
meregang nyawa.
Perempuan
itu berkata, ‘Dia telah meninggalkanku. Apakah ia masih mempunyai kerabat?’
Orang-orang pada menjawab, ‘Dia punya saudara miskin.’ Perempuan itu berkata,
‘Aku akan menikah dengannya sebagai wujud kecintaanku pada saudaranya.’ Ia pun
menikah dengan saudara pemuda itu.” [Kitab at-Tawwabin hal.957]
Sumber: Buku “Kisah Orang-Orang Shaleh Dalam Mendidik Anak”, Pustaka al Kautsar.
Sahabatku tercinta,
apakah kalian mengetahui ternyata ada lho orang tua yang durhaka kepad anaknya,
simaklah kisah ini.
Seorang
bapak marah-marah pada anaknya yang nakal, lalu anak itu mengadu pada Umar
alKhottob,
"Hai
tuan, apakah seseorang anak punya hak pada orangtuanya?
"Ya
anak punya hak pada orangtuanya",
"Apa
hak anak itu tuan?",
"Memberi
nama anak dengan nama yang baik, mengajarnya Alqur'an & mencari ibu yang
sholehah",
"Tuan,
ayahku memberi namaku Ja'lan (kuda liar), tidak mengajari Alqur'an & ibuku
musyrik",
Umar
berkata pada bapaknya,
Sebelum
anakmu durhaka, kamu lebih dulu durhaka padanya".
"Semoga
Allah dampingkan kita dengan pasangan sholeh atau sholehah, Allah swt hiasi keluarga kita dengan nama-nama baik
& akhlak yang mulia & Allah jadikan keluarga dan keturunan kita penuh
rahmat Allah karena mencintai Alqur'an & Sunnah Nabi
Muhammad...aamiin".