Yatim Piatu di Usia Muda dan Berganti-ganti Pengasuhan
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?” (QS. Adh Dhuhaa [93]: 6)
Meski menjadi yatim piatu sejak beliau kecil dan berganti-ganti pengasuh, tidak lantas membuat Nabi tumbuh menjadi pribadi yang labil. Tak sempat mengenal ayah, kehilangan ibu dan kakek, tidak membuat Nabi menjadi anak yang cengeng. Sebaliknya, beliau tumbuh dewasa menjadi seorang pria dengan karakter unggul lewat didikan ibu, kakek, dan paman.
Dibesarkan di Padang Pasir
Kondisi yang serba sulit itulah yang menempa Nabi tumbuh menjadi seorang pria dengan fisik yang kuat dan mental yang tangguh tak mudah menyerah. Belum adanya mesin-mesin transportasi membuat nabi terampil menunggang kuda dan unta. Jarak antar lokasi yang cukup jauh membuat nabi ‘tahan banting’. Sementara itu, tingkat penguasaan teknologi masyarakat kala itu yang masih sederhana (jika tidak ingin dibilang primitif) menumbuhkan daya kreatifitas Nabi dalam menghadapai permasalahan.
Menggembala Kambing
Percaya atau tidak, menggembala kambing adalah sebuah pelatihan kepemimpinan. Maaf jika ada yang tersinggung, ternyata perilaku gerombolan kambing itu mirip dengan perilaku manusia di dalam sebuah organisasi.
Sifat kambing yang paling mirip dengan manusia adalah, saat kita arahkan si kambing ke kiri ia malah belok ke kanan. Diberi rumput, daun nangka, dan daun singkong sebagai makanan tapi yang dilahap malah tanaman hias. Pekerjaan menggiring kambing yang hanya tiga ekor itu sangat tidak mudah, apalagi yang dua ekor masih balita. Bukannya berat, tapi menguras emosi. Mau marah dan memukul, ya percuma karena mereka tak paham bahasa manusia. Ya mirip dengan pekerjaan seorang pemimpin, bukan?
Berakhlak Mulia Sejak Muda dan Menjaga Pergaulan
Ada beberapa kasus penyimpangan sosial yang polanya selalu tetap dari zaman ke zaman yang juga ada di zaman Nabi, yaitu: alkoholisme, penyalahgunaan obat terlarang (candu), perjudian, perzinahan, seks menyimpang, tawuran, dan gaya hidup hedonistik.
Jadi, tingkat godaan kehidupan remaja yang dialami Nabi kala itu relatif sama dengan yang dialami remaja masa kini. Disinilah karakter Nabi hasil didikan keluarganya memainkan peran dalam mencegah Nabi dari terjerumus ke dalam pergaulan yang salah arah. Meski Nabi mengenal banyak orang di sekitarnya, Nabi tetap mampu menjaga diri. Nabi sama sekali tidak pernah terlibat dalam segala kasus penyimpangan sosial seperti yang disebut sebelumnya. Ibarat ikan yang hidup, meski tinggal di dalam air laut yang asin tetapi dagingnya tidak ikut menjadi asin.
MEMANFAATKAN SEGALA POTENSI YANG ADA
Abu Daud meriwayat sebuah kisah yang ia diterima dari Anas bin Malik. Suatu hari ada seorang pengemis dari Anshar datang dan meminta-minta kepada Rasulullah. Beliau bertanya, “Apakah kamu memiliki sesuatu di rumahmu?”
Pengemis menjawab, “Tentu. Saya memiliki pakaian untuk sehari-hari dan sebuah cangkir”.
Lalu pengemis itu menyerahkannya kepada Rasulullah. Lantas, Rasulullah pun menawarkannya kepada para sahabat. “Siapa di antara kalian yang mau membeli?” demikian tawar Rasulullah.
Salah seorang menyahut, “Saya beli dengan satu dirham”.
Rasul menwarkan kembali, “Adakah yang ingin membayar lebih?”
Lalu, seorang sahabat sanggup membelinya dengan harga dua dirham.
Kemudian Rasul meminta pengemis itu agar uang dua dirham yang diperoleh dari hasil jualan, sebagian dibelikan makanan untuk keluarganya. Sisanya, Rasul perintahkan untuk membeli kapak.
“Carilah kayu sebanyak-banyaknya, lalu juallah! Selama dua minggu ini aku tidak mau melihatmu” tandas Rasulullah memotivasi. Sambil menyuruhnya pergi, Rasul pun memberinya uang transport.
Dua minggu berselang, pengemis itu datang kepada Rasul sambil membawa uang sepuluh dirham hasil penjualan kayu. Rasul menyuruhnya membeli pakaian dan makanan untuk keluarganya.
“Hal ini lebih baik bagimu, karena meminta-minta hanya akan membuat noda di wajahmu di hari akhirat nanti. Tidak layak bagi seseorang untuk meminta-minta kecuali dalam tiga hal, yaitu :
(1) fakir miskin yang benar-benar ridak memiliki sesuatu,
(2) utang yang tidak bisa terbayar,
(3) penyakit yang membuat seseorang tidak bisa berusaha”. Demikian nasehat Rasulullah.
Pelajaran yang dapat diambil
Betapa indah titah Rasulullah kepada pengemis tadi. Begitu meminta, Rasul tidak lantas memberinya. Beliau menyuruh untuk mengandalkan dulu potensi-potensi yang dimiliki. Dalam hal ini, menjual pakaian sehari-hari dan sebuah cangkir. Pelajaran buat kita hari ini, asah dan andalkan potensi atau kemampuan yang dimiliki. Jika saat ini kamu memiliki kemampuan berbisnis, latih dan kembangkan bisnismu! Jika kamu adalah seseorang yang lebih gandrung dengan dunia seni, latih asah dan kembangkan senimu! Jika kamu adalah seorang yang menemukan kemampuan di bidang kepenulisan, latih, asah dan kembangkan writing skill-mu! Pada itninya adalah, bergeraklah menjemput rezeki dengan apapun kemampuan yang dimiliki!
terus semangat SAHABAT BISMILLAH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar